Senin, 18 Juni 2012

Agama Hanya Sebagai Wacana

Indonesia terdiri dari 5 agama besar yang di akui yaitu islam, katolik, protestan, hindu, dan budha dengan persentasa umat islam hampir 75%, umat kristen 20%, sisanya umat hindu dan budha. Secara kuantitas, Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama islam terbesar di Indonesia, namun secara kualitas saya rasa Indonesia masih kurang jika di bandingkan dengan negara lain. Hal ini bisa di lihat pada kehidupan sehari-hari, banyak pencopetan, pemerkosa, korupsi, pembunuhan, dan tindak kejahatan lain yang di lakukan oleh orang yang beragama islam, padahal di islam sendiri hukuman untuk kejahatan tersebut sangatlah berat, yaitu potong tangan dan hukuman mati.

Agama itu selayaknya dijadikan sebagai sebuah aturan hidup yang tak boleh dilanggar sedikit pun. Sungguh ajaib manusia yang mengaku percaya akan keberadaan Tuhan namun bersikap pilih-pilih menjalankan semua perintah-Nya. Kebanyakan umat saat ini ketaatannya pada agama menuruti fungsi waktu. Ada saatnya ia taat pada agama, ada pula temponya ia ingkar. Seolah-olah agama itu profesi ; ada jam kerja, ada waktu cuti dan liburannya. Semua tergantung mood pribadinya belaka. Kadang shalat, kadang dugem. Sekali waktu pergi umrah, lain kali pesta narkoba.

Umat Islam, utamanya di Indonesia, nampaknya memang telah sangat terbiasa dengan keimanan yang merupakan fungsi waktu. Ketika masuk bulan suci Ramadhan, rasanya keberadaan night club, kedai minuman keras, pelacur, atau banci menjadi begitu tidak menyenangkan. Bahkan melihat orang yang seenaknya makan di jalan ketika kebanyakan orang melaksanakan shaum pun sudah membuat mata terasa tak nyaman. Para artis pun merespon logika yang digunakan di masyarakat ini dengan sangat baik. Kalau mau mendapat job melimpah di bulan Ramadhan, mereka pun rela menutup semua auratnya dengan baik. Sayang, tak satupun dari kebiasaan baik ini dilanjutkan sepeninggal Ramadhan.

Di kalangan tertentu, agama memang sangat efektif jika digunakan sebagai kedok. Namanya kedok, tentu fungsinya adalah untuk menutupi sesuatu. Logika kedok adalah logika penipuan. Beberapa ormas agama seperti : ??? (tidak perlu saya sebutkan lagi namanya) menguasai jalan menyerukan dan membanggakan agamanya tetapi ugal-ugalan di jalanan dengan kendaraan bermotor tanpa menggunakan helm dan sering menerobos lampu merah bahkan aparatpun tidak ada yang berani menilangnya. ujung-ujungnya ormas tersebut memukuli orang-orang yang lagi berlibur di monas, bahkan beberapa anggota dari ormas tersebut ada yang membawa senjata api. Padahal dalam agamanya tidak di ajarkan untuk berbuat seperti itu, alih-alih ingin menyerukan agamanya eh malah memperburuk citra agamanya di mata orang lain. Hal tersebut sebaiknya tidak ditiru oleh orang-orang beragama yang memiliki pemikiran lebih rasional di banding ormas-ormas seperti itu. seharusnya kita, aparat, dan terutama pemerintah harus beranggapan bahwa mereka adalahnajis yang harus segera di bersihkan, agar tidak mempermalukan agama kita ini dimata agama lain.

0 komentar:

Posting Komentar